Agathahanny’s Blog

Just another WordPress.com weblog

PENGINDERAAN DAN PERSEPSI

Bab I

PENDAHULUAN

 

I.        Latar Belakang

Sejak individu dilahirkan, sejak itu pula individu secara langsung berhubungan dengan dunia luarnya. Mulai saat itu individu secara langsung menerima stimulus atau rangsang dari luar di samping dari dalam dirinya sendiri. Ia mulai merasa kedinginan, sakit, senang, tidak senang, dan sebagainya.

Individu mengenali dunia luarnya dengan menggunakan alat inderanya. Bagaimana individu dapat mengenali dirinya sendiri maupun keaaan sekitarnya, hal ini berkaitan dengan persepsi (perception). Melalui stimulus yang diterimanya, individu akan mengalami persepsi. Persepsi merupakan suatu proses yang didahului oleh penginderaan, yaitu merupakan proses yang berujud diterimanya stimulus oleh individu melelui alat reseptornya. Namun proses situ tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan stimulus itu diteruskan ke pusat susunan syaraf yaitu otak, dan terjadilah proses psikologis, sehingga indvidu menyadarai apa yang ia lihat, apa yang ia dengar dan sebagainya, individu mengalami persepsi. Karena itu proses penginderaan tidak dapat lepas dari proses persepsi, dan proses penginderaan merupakan proses pendahulu dari persepsi. Proses peginderaan akan selalu terjadi setiap saat, pada waktu individu menerima stimulusmelalui alat inderanya, melalui reseptornya. Alat indera merupakan penghubung antara individu dengan dunia luarnya (Branca, 1965; Woodworth dan Marquis,1957 dalam Bimo Walgito, 1997)

 

II.     Permasalahan

Dari uraian latar belakang di atas, maka muncul permasalahan : Bagaimana hubungan aktivitas penginderaan terhadap persepsi peserta didik dalam proses belajar?

 

III. Tujuan

      Ada pun tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita dapat menganalisa hubungan aktivitas penginderaan terhadap persepsi peserta didik dalam proses belajar.

  

Bab II

PEMBAHASAN

 

2.1.      Penginderaan

Definisi penginderaan (sensation) menurut Wundt adalah penangkapan terhadap rangsang-rangsang dari luar dan dapat dianalisa sampai elemen-elemen yang terkecil.

Penginderaan meliputi  :

1.    Penglihatan

Alat penglihatan utama adalah mata. Rangsang berupa gelombang cahaya masuk ke dalam bola mata melalui bagian-bagian mata. Prosesnya cahaya masuk ke retina diteruskan berupa impuls menuju ke syaraf (otak) sehingga  objek dapat terlihat. Gangguan pada indera penglihatan menimbulkan kelainan mata sebagai berikut:

1.      Myopia (rabun jauh)

2.      Hypermetropia (rabun dekat)

3.      Presbyopia

4.      Strabismus (mata juling)

5.      Astigmatisme

6.      Hemeralopia (rabun senja)

7.      Colour blind (buta warna)

  1. Pendengaran

Alat pendengaran utama adalah telinga. Rangsang berupa gelombang suara masuk ke dalam telinga melalui bagian-bagian alat pendengaran.Gelombang suara merambat melalui 3 media:

         Udara

         Benda padat/tulang

         Cairan/endolymphe

Bila seseorang tidak dapat mendengar, maka ada kemungkinan kerusakan pada pusat pendengaran yang menyebabkan gangguan fungsi intelek atau pada salah satu alat tempat berjalannya/penerus rangsang (conductive deafness) yang tidak ada hubungannya dengan fungsi intelek.

  1. Pengecap

Alat pengecap utama adalah lidah. Rangsang berupa larutan cairan melalui lidah (lingua) dan rongga mulut (cavumroris). Prosesnya adalah larutan/cairan diterima lidah masuk ke rongga mulut diteruskan nervus ke-9 menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak). Reseptor pada lidah ada 4 jenis penerima rangsang, yaitu : rasa manis, pahit, asin dan asam.

  1. Pembau

Alat pembau utama adalah hidung.  Rangsang berupa hawa/udara/bau melalui udara menuju ke reseptor yang ada di rongga hidung (cavum nasalis). Prosesnya adalah bau diterima oleh rongga hidung diteruskan oleh nervus ke-1 (saraf pembau) menuju gyrus centralis posterior (pusat sensibilitas di kulit otak).
5.    Perabaan

Alat perabaan utama adalah kulit. Rangsang yang diterima tubuh manusia dapat berupa rangsang : mekanis, thermis, chemis, elektris, suara, cahaya. Perabaan adalah ransang mekanis ringan pada bagian permukaan tubuh, khususnya yang tidak berambut seperti telapak kaki, bibir,dll. Reseptornya adalah corpuscula meissner dan corpuscula pacini.

 

2.2.      Persepsi

Definisi persepsi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tanggapan (penerimaan) langsung dari sesuatu atau proses seseorang mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi menurut Davidoff dalam Walgito (1997) : stimulus yang diindera oleh individu diorganisasikan, kemudian diinterpretasikan sehingga individu sadar, mengerti tentang apa yang diindera.

Individu dapat mengadakan persepsi, jika:
1. Adanya objek
2. Adanya alat indera (reseptor)
3. Ada perhatian

Dalam proses persepsi sendiri terdiri dari :
1. Proses kealaman (fisik)
2. Proses fisiologis
3. Proses psikologis

2.2.1.   Perhatian

Perhatian adalah pemusatan/konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang ditujukan pada sesuatu atau sekumpulan objek. Menurut Drever dalam Walgito (1997), perhatian merupakan penyeleksian terhadap stimulus. Sedangkan menurut Harriman dalam Walgito (1997), perhatian dan kesadaran mempunyai korelasi positif.

Berdasarkan cara timbulnya, perhatian dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu : perhatian spontan dan tidak spontan. Berdasarkan banyaknya objek, perhatian digolongkan menjadi perhatian sempit (terpusat) dan perhatian luas (terbagi-bagi). Sedangkan berdasarkan fluktuasinya, perhatian dibagi menjadi perhatian statis dan dinamis.

2.2.2.   Stimulus

Objek menimbulkan stimulus/rangsang pada alat indera manusia. Tetapi tidak semua stimulus dapat disadari oleh individu. Stimulus harus cukup kuat agar dapat dipersepsi atau disadari manusia. Batas minimal kekuatan stimulus agar dapat menimbulkan kesadaran individu disebut ambang stimulus (Townsend, 1953). Untuk menentukan ambang stimulus pada umumnya digunakan methods of limits.

Agar stimulus dapat menarik perhatian individu sehingga ada kemungkinan dipersepsi harus dikaitkan dengan faktor:
1. Intensitas/kekuatan stimulus
2. Ukuran stimulus
3. Perubahan stimulus
4. Ulangan stimulus
5. Pertentangan/kontras stimulus

Kadang ditemui kesulitan dalam membedakan stimulus dengan latar belakangnya  atau istilahnya disebut berayunnyaperhatian (osilasi). Seperti pada gambar-gambar ambigu Rubin dan Schroder.

 

 

2.2.3.   Faktor Individu

Dalam proses pengamatan ada 2 faktor, yaitu : faktor eksternal berupa stimulus dan faktor internal berupa faktor individu. Penyeleksian stimulus oleh individu tergantung keadaan individu saat itu. Keadaan individu pada suatu waktu ditentukan oleh:

  1. Sifat struktural individu (permanen)
  2. Sifat temporer individu
  3. Aktivitas yang sedang berjalan

2.2.4.   Illusi

Ilusi adalah kesalahan individu dalam memberikan interpretasi atau arti pada stimulus yang diterimanya. Ilusi bukanlah merupakan kelainan dalam kehidupan kejiwaan seseorang. Hal ini berlainan dengan halusinasi yang merupakan kelainan dalam kejiwaan seseorang.

Faktor penyebab ilusi :

  1. Faktor kealaman

Ilusi yang terjadi karena faktor alam, misalnya gema, ilusi kaca.

  1. Faktor stimulus

Adanya stimulus yang ambigu dan stimulus yang tidak dianalisis lanjut.

  1. Faktor individu

Disebabkan karena adanya kebiasaan dan dapat juga karena adanya kesiapan psikologis dari individu                                                  

 

2.3.      Hubungan penginderaan terhadap persepsi peserta didik.

Dalam proses belajar pasti ada objek yang akan dipelajari. Objek yang akan dipelajari harus dapat diindera dengan baik oleh alat indera peserta didik. Sehingga peserta didik dapat menyadari atau mempersepsi objek belajar tersebut. Tetapi berhasil/tidaknya persepsi, tidak hanya ditentukan oleh alat indera. Melainkan juga faktor lain seperti kesiapan peserta didik dalam menerima stimulus, kekuatan stimulus, atau faktor individu. Jika peserta didik dapat mempersepsi objek yang dipelajari dengan benar maka tujuan pembelajaran dapat dicapai sesuai dengan yang diharapkan.

Setelah kita dapat menganalisis aktivitas penginderaan terhadap persepsi peserta didik, diharapkan pendidik mampu membantu atau mengatasi kesulitan peserta didik dalam belajar. Contohnya, jika peserta didik mengalami gangguan penginderaan misalnya penglihatan (miopi), maka pendidik bisa memindahkan peserta didik ke depan kelas agar peserta didik itu dapat mengindera dengan baik. Sedangkan jika peserta didik mengalami kesulitan belajar dikarenakan faktor perhatian/kesiapan, maka pendidik perlu menerapkan teknik apersepsi yang menarik perhatian siswa bisa dengan media yang penuh warna, ritme suara yang menarik minat siswa.

Bab III

KESIMPULAN DAN SARAN

 

 

3.1.      Kesimpulan

            Setelah membahas masalah di atas, maka kami menyimpulkan sebagai berikut :

  1. Penginderaan yang baik, besar kemungkinan akan menimbulkan persepsi yang benar.
  2. Persepsi yang benar tidak hanya dipengaruhi oleh penginderaan yang baik, tetapi juga dipengaruhi faktor lain seperti kesiapan, stimulus dan faktor individu.
  3. Gangguan penginderaan akan mengganggu peserta didik dalam mempersepsi sehingga akan menghambat proses belajar.
  4. Keberhasilan proses belajar sangat ditentukan oleh penginderaan dan persepsi yang benar.
  5. Analisis aktivitas penginderaan dan persepsi peserta didik dalam proses belajar penting bagi seorang pendidik.

3.2.      Saran

            Dari uraian di atas, kami menyarankan :

  1. Pendidik diharapkan mampu menganalisis aktivitas penginderaan dan persepsi peserta didik agar dapat membantu mengatasi kesulitan belajar peserta didik.
  2. Diharapkan pendidik bisa menemukan metode-metode yang inovatif agar peserta didik dapat mempersepsi dengan benar.  

DAFTAR PUSTAKA

 

 

            Dirgagunarsa, Singgih. 1975. Pengantar Psikologi. Jakarta : Mutiara.

            Walgito, Bimo. 1997. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta : Andi Offset.

            http://id.wikipedia.org/wiki/Ilusi_optis.

November 28, 2008 - Posted by | Uncategorized

Belum ada komentar.

Tinggalkan komentar